3.0 Miracles of Sleeping | Guntur Gozali

Kennith Bogan

Hai teman2 pembaca yg budiman, apa kabar, semoga sehat selalu. Semoga di masa genting penyebaran Covid 19 yg semakin meluas ini, pembaca semua selalu di dalam berkat dan perlindunganNYA. 

Khusus bagi pembaca yg selama ini mengikuti tulisan berseri saya mengenai The Miracle of Strolling – Fasting – Sleeping, pertama-tama saya mohon maaf karena setelah setahun menjanjikannya baru sekarang saya bisa memenuhi janji saya. Benar2 setahun… luar biasa cepat waktu berlalu ya… 

Sejujurnya saya tidak pernah mengira topik sesederhana SLEEPING alias TIDUR, membuat saya amat sangat kebingungan harus menuliskan apa, dan mulai darimana. Pada awalnya saya pikir akan jauh lebih sederhana daripada dua topik sebelumnya, akan tetapi ternyata jauhhhh… lebih complicated dari perkiraan saya.

Sleeping alias Tidur adalah kegiatan yg setiap hari wajib kita lakukan jika tidak ingin kliyengan besoknya, betul tidak? Siapa sih yang tidak tahu mengenai hal ini, atau adakah yang tidak melakukan kegiatan ini? Saya yakin seyakin-yakinnya semua pembaca melakukannya kan? :). Kalau ada yg tidak melakukannya, pasti sudah masuk Guinnees Ebook Of Report :). Tua muda, laki perempuan bahkan binatang dan tanamanpun melakukan kegiatan yang tampaknya tidak bermanfaat ini. 

Jadi apa sih yang hebat dari kegiatan ini sehingga saya menjadikannya satu topik tulisan sendiri?

Pada saat awal ketika saya menjadikan topik Sleeping / Tidur sebagai bagian ketiga tulisan saya mengenai Kesehatan ini, ketika itu saya baru saja menjalani dua tahapan penting di dalam kehidupan saya, yaitu memperbaiki kebiasaan buruk saya mager (alias malas gerak), dan kemudian membiasakan diri untuk mengkonsumsi Jamu Jarak (alias Jaga Mulut Jangan Rakus :))(silakan baca tulisan saya sebelumnya).

Sleeping / Tidur sebelumnya bukan menjadi masalah bagi saya. Saya tidak pernah mengalami kesulitan tidur, bahkan saya sering terheran2 melihat atau mendengar orang yang mengeluh kesulitan tidur sampi berhari2 atau bahkan berbulan2. 

Saya selalu bisa tidur dengan “baik” meskipun pada siang harinya saya melalui hari yang cukup berat. Setiap malam, saya bisa menghalau semua beban pikiran seharian itu. Dan itu dikonfirmasi oleh hasil examination DNA saya yang menyatakan bahwa saya ini termasuk Effortless Sleeper alias orang yg mudah tidur.

Namun, Tuhan rupanya mempunyai rencana lain, setelah saya melalui dua tahapan penting di atas tadi, tepat setelah saya menyelesaikan Prolonged atau H2o Fasting saya selama seminggu, tiba2 saja mengalami kesulitan tidur.

Pada saat itu memang saya sedang mengalami berbagai tekanan hidup yang luar biasa, baik urusan kantor maupun urusan rumah. Ada aja masalah bermunculan bertumpuk2, sampai2 pertahanan saya bobol dan saya mengalami  kesulitan tidur “lumayan” parah. Saya beri tanda petik lumayan, karena kalau dibandingkan dengan teman2 yg sampai harus mengkonsumsi obat tidur/ obat penenang atau menemui psikiater/psikolog, saya belum pada sampai pada taraf itu.

Saya ketika itu hanya mengalami kesulitan memejamkan mata hingga berjam2 di ranjang. Yg paling parah, pada suatu masa, setiap pukul 1.20 dini hari, tiba2 saja mata saya secara otomatis melek dan otak menjadi segar, tidak peduli saya tidur jam berapapun sebelumnya. Mau saya tidur lebih awal, atau tidur larut malam, tepat pukul 1.20 mata saya melek, dan tidak bisa tidur lagi hingga pagi hari.

Sejak saat itu saya baru menyadari betapa tidak enaknya orang yang tidak bisa tidur dengan baik. Bangun tidur rasanya ada yang salah, kepala tidak penuh, short tempered alias mudah emosi, uring2an dlsb. Akan tetapi meskipun demikian, saya tidak mengurangi porsi olahraga saya, bahkan berkali-kali saya jalan sangat pagi karena terbangun pukul 1.20 itu. Saya pikir daripada bengong, ya sudah jam 3.30 atau 4.30 pagi saya keliling komplek perumahan, nemeni Satpam ronda :).

Beruntungnya meskipun kekurangan tidur, saya tidak sampai mengalami jatuh sakit, baik ringan maupun berat. Kalau dulu, sebelum saya berolahraga rutin, sudah pasti paling tidak saya mengalami batuk atau pilek. Kali ini daya tahan tubuh saya cukup baik untuk mengatasi kekurangan tidur saya, mungkin karena hasil berolahraga rutin dan puasa yang tetap saya lakukan itu.

Nah, sejak saat itu saya mulai lebih memperhatikan masalah kesulitan tidur saya ini. Saya mulai membaca berbagai buku dan menonton penjelasan berbagai ahli mengenai TIDUR ini. Dan… saya amat sangat terkejut, ternyata TIDUR yang saya pikir tidak berguna ini, yang saya pikir hanya buang2 waktu produktif kita ini, yang saya pikir kalau tidur 4 jam itu lebih skilled dan keren… ternyata SALAH BESAR !!!!.

A well balanced diet and work out are of very important relevance, of course. But we now see Sleeping as a preeminent power in this health and fitness trinity. 

Walker, Matthew. Why We Sleeping

Semakin saya membaca dan mengexplore ulasan para ahli di YouTube, semakin terkejut saya. Ternyata sedemikian pentingnya kegiatan yg tampak tidak berguna ini.

Coba jika ada orang bertanya ke pembaca, buat apa sih kita TIDUR? Tentu jawabnya: Supaya badan lebih segar, supaya gak ngantu, betul kan? Coba apalagi manfaatnya? Hayooo… gak tahu kan? Sama… saya juga tidak tahu… 

Sejak dari saya masih kecil, setiap kali Mama tercinta saya menyuruh saya tidur, selalu beliau katakan: “Ayoo tidur sudah, jangan malam2. Biar besok bangun badan segar, nggak ngantuk di sekolah”. That is it… that is all…

Oleh karena itu, sebelum pembaca melanjutkan membuang waktu membaca tulisan saya ini, mari kita melakukan truth verify. Apakah ada yg pembaca tidak ketahui?

Jika pembaca menjawab TIDAK pada satu saja dari rentetan pertanyaan di bawah ini, maka saya sarankan pembaca untuk menghabiskan keseluruhan tulisan panjang saya ini:

  • Apakah jumlah jam tidur pembaca setiap hari antara 7 hingga 9 jam sehari? 
  • Apakah pembaca mengetahui akibat buruk Bluelight terhadap kegiatan tidur kita?
  • Apakah pembaca mengetahui bahwa TIDUR lebih penting dari KOMBINASI dari berolahraga rutin dan pola makan sehat digabung?
  • Apakah pembaca mengetahui bahwa pada salah satu fase tidur kita, otak beraktifitas lebih aktif dari pada saat kita berjaga?
  • Apakah pembaca mengetahui bahwa setiap malam kita PASTI mengalami mimpi berkali-kali ?
  • Apakah pembaca mengetahui bahwa kekurangan tidur meningkatkan hormone ghrelin kita?
  • Apakah pembaca mengetahui bahwa kekurangan tidur malah membuat kita menjadi lebih rajin mengunyah (alias lebih rakus)?
  • Apakah pembaca mengentahui bahwa kekurangan tidur berhubungan dengan timbulnya berbagai masalah Kesehatan, termasuk diantaranya penyakit jantung, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, obesitas, depresi bahkan Alzheimer yang paling saya takuti?
  • Tahukah pembaca bahwa pria yg jumlah jam tidurnya kurang dari lima jam semalam, memiliki, maaf, testis atau testicles yang ukurannya lebih kecil secara signifikan dibanding yang tidurnya lebih dari tujuh jam? 
  • Tahukah pembaca bahwa pria yang secara rutin tidur 4 – 5 jam semalam, memiliki tingkat hormone testosterone sama dengan orang yang lebih tua 10 tahun dari dirinya?

Checklist di atas masih bisa saya buat jauhhh lebih panjang lagi dan semuanya tidak saya ketahui sebelumnya. Saya hanya tahu manfaat tidur itu sebatas supaya kalau bangun segar dan tidak ngantuk itu tadi, tidak lebih tidak kurang dari itu. Dan saya pernah berpikiran, orang yang kebanyakan tidur itu pemalas, sebaliknya yang tidunya hanya 4 jam sehari itu keren, expert, pekerja keras.

Namun rupanya, dengan cara yang aneh, Tuhan mengingatkan saya bahwa semua itu ternyata salah. Selama saya mengexplore mengenai masalah tidur ini, tiba2 satu demi satu pintu dibukakan bagi saya. Tidak habis2 dan semakin saya baca atau tonton videonya, semakin saya terlolong-lolong keheranan akan manfaat tidur ini.

Saya juga secara kebetulan menemukan tiga buku yang membahas secara depth hal2 yang berhubungan dengan manfaat tidur dan panjang umur. Saya sangat menyarankan pembaca meluangkan waktu membacanya juga. Berikut adalah buku2 yang saya rekomendasikan untuk pembaca check out:

  1. Why We Sleeping – Mathew Walker, PhD
  2. Keep Sharp – Sanjay Gupta, MD
  3. Lifespan – David A. Sinclair, PhD

Kalau ada waktu lebih, dua buku ini juga menarik untuk dibaca:

  1. The Diabetes Codes – Dr. Jason Fung
  2. Try to eat To Beat Sickness – William W. Li, MD

Dengan semua informasi yg telah memenuhi benak saya, saya tetap tidak berani segera menuliskan apa yang saya tonton atau baca itu, meskipun tangan saya sudah sangat gatal untuk memberitahukan hal luar biasa ini ke pembaca semua. Mengapa?

Karena saya harus MENGALAMINA sendiri dan mencari tahu bagaimana cara mengatasinya. Bukannya itu yg harus kita share, ya kan pembaca? Kalau saya tidak membagikan apa yg saya alami dan rasakan, saya rasa pembaca bisa memperoleh details mengenai tidur ini dari berbagai buku, artikel dan Youtube.

Hal yg sama juga saya lakukan pada dua kegiatan sebelumnya, saya membaca, menjalani dan mengalami benefitnya, baru saya bagikan. Namun kali ini, ternyata mengatasi masalah tidur tidak “semudah” saya mengatasi kemalasan saya berolahraga atau kerakusan saya akan menyantap makanan. 

Ketika saya menuliskan pengalaman saya atas dua kegiatan saya mengatasi rasa malas berolahraga dan mengatur mulut saya, meskipun tidak mudah, saya bisa melakukannya. Itu hanya masalah disiplin dan komitmen saja. Begitu saya sudah menetapkan untuk berjalan pagi setiap hari, saya tinggal mengatur alarm saya setiap pagi untuk bangun pagi jam 4.30 atau 5.00 dan kemudian memaksa diri untuk bangun dari ranjang, memakai sepatu dan jalan.

Demikian pula halnya ketika saya saya berniat untuk melakukan Fasting dan Eating plan, saya tinggal memberitahu istri saya untuk tidak lagi mempersiapkan makan pagi dan malam saya, dan kemudian menyantap apa yang tersedia di meja sesuai kesepakatan saya. Easy… sangat controllable. 

Tapi begitu kita mau berdisiplin dan berkomitmen untuk tidur teratur untuk memperoleh kualitas tidur yang baik… hmmm… tidak semudah itu. 

Benar2 tidak semudah itu.

Pertama-tama, karena puluhan tahun sudah terbiasa tidur larut malam, dan semakin malam rasanya semakin obvious otak dan semakin berenergi saya, maka sulit sekali untuk membiasakan diri merebahkan diri untuk tidur lebih awal, yakni sekitar pukul 20.00 – 21.00. Rasanya aneh sekali tidur awal itu. Kalaupun berhasil untuk rebahan sekitar jam2 itu, saya baru memejamkan mata sekitar 1 – 2 jam kemudian, atau malahan jadi tidak bisa tidur sama sekali.

Kedua, kalaupun akhirnya bisa tertidur lebih awal, saya tidak bisa mengatur berapa jam saya akan tidur DAN terbangun dengan kondisi tubuh segar (rekomendasi para ahli sekitar 7 – 9 jam). Kalau hanya mau tidur selama sekian jam saja sih gampang, tinggal pasang alarm. Akan tetapi apakah bisa menjamin bangun dengan badan dan otak segar?

Ketiga, kalaupun akhirnya saya bisa tidur sesuai dengan rekomendasi para ahli yakni selama sekitar 7 – 9 jam, saya tidak bisa mengatur kualitas tidur saya. Saya tidak bisa mengatur berapa komposisi awake, light, REM dan DEEP Rest saya, yaitu fase2 tidur kita dalam semalam. Kita nanti akan berbicara mengenai fase2 tidur ini.

Hal ini benar2 membuat saya sulit membuktikan antara teori dan praktek seperti ketika berolahraga dan fasting. Benar2 sulit. Tambahan pula, jika saya bisa tidur tepat waktu dan selama yg disarankan para ahli, saya tidak bisa langsung seketika merasakan hasilnya. Atau jika kita melakukan saran2 para ahli agar bisa tidur lebih nyenyak dan sebagainya, kita tidak serta merta bisa merasakan hasilnya. 

Misalnya, untuk memperbaiki kualitas tidur, kita disarankan bermeditasi. Pertama, bagi yg tidak terbiasa meditasi, susahnya minta ampun untuk bisa konsentrasi. Kedua, kalaupun berhasil, belum tentu tidurnya nyenyak. Apakah itu berarti meditasi tidak membawa hasil? Atau karena hal lain, misalnya karena kopi atau makan terlalu kenyang sebelum tidur? Kalaupun nyenyak, apakah benar itu semata2 hanya karena meditasi? Atau karena hal2 lain?

Atau saran lain, misalnya kita disarankan untuk mandi air hangat sebelum tidur, atau minum susu hangat sebelum tidur, dlsb… semuanya tidak bisa langsung memberikan hasil keesokan harinya. Perlu dilakuan berhari2 atau bahkan berminggu2… itupun JIKA kita masih sabar menunggu hasilnya.

Jadi banyak sekali factor yg membuat saya tidak bisa langsung mengambil kesimpulan atas apa yg saya coba lakukan sesuai saran para ahli itu.

Semua hal2 tersebut, plus bacaan2 di atas yang terasa berat bagi saya untuk memahaminya, membuat saya menunda2 menulis sembari menunggu perbaikan kualitas tidur yang tidak kunjung tiba. Dan ini terus terang saja cukup membuat saya frustrasi.

Namun kata pepatah tiada usaha tanpa hasil, benar ga :)? Pada 2 hingga 3 bulan terakhir, saya mulai merasakan perbaikan yg cukup signifikan pada kuantitas dan kualitas tidur saya, sehingga saya gak percaya diri untuk membagikannya ke pembaca semua. 

So mari kita mulai ya… saya akan bagi beberapa bagian supaya pembaca bisa menyicil membacanya :).

Pertama2 mari kita membahas mengenai pengertian Rest Deprivation atau Kekurangan Tidur, mari lanjut ke bagian kedua Sleep Deprivation

Next Post

Abrdn shakes up real estate investment management team | News

Sign-up for free of charge to finish this write-up. Sign up now for the subsequent advantages: &#13 4 Free articles of your option per thirty day period &#13 Breaking news, remark and investigation from business industry experts as it happens &#13 Decide on from our portfolio of email newsletters &#13 […]